Sajak Perjuangan 1966; A Makmur Makka, Slamet Soekirnanto dan Hartojo Andangdjaja

Sajak Perjuangan 1966; A Makmur Makka, Slamet Soekirnanto dan Hartojo Andangdjaja
Saya menemukan tiga sajak ini beberapa waktu lalu. Sayangnya, saya alpa menuliskan pada catatan dari buku apa sajak-sajak ini saya temukan. Semoga bisa menginspirasi, setidaknya memahami suasana kebatinan di masyarakat Indonesia saat itu.
A.Makmur Makka
[tanpa judul]
alangkah sedihnja harus ditjatat
bahwa kita pernah berteriak didjalan-djalan begini:
hidup bung besar, hidup bapak, hidup !
hidup pemimpin negara subur!
ketika ia lewat tersenjum diatas mobilnja
hanja karena takut bajangan pendjara
dan nama baik pemerintah kota
serta bajonet terhunus pengawal djalan
jang terasa geli tertudju keperut, memerintahkan :
berteriak! berteriak!
hidup bung besar, hidup bapak, hidup !
sampai iringan kebesaran lewat
lalu djalan-djalan pun sepi kita sama pulang kegubuk menghapus keringat
hening
tertunduk, tangis anak-anak  dan tanja istri jang gelisah
— “Apa jang kita makan hari ini, Daeng?
— besok atau lusa dan kapan-kapan?
begitu banjak tapi tak dapat diutjapkan
demi nama baik pemimpin besar negara
demi nama baik pemerintah kota
karena antjaman jang mengusik selalu melambai, berseru :
diam! diam!
lalu kita menundukkan kepala menenteramkan anak isteri
dengan isjarat mata derita tak terutjapkan
sabar, sabar, sabar!
sementara gerimis turun dengan duka tjita
tersenjum, melembutkan kita selalu dan selalu.
–Jogja 66
Slamet Soekirnanto
Ode 1966
Sekarang bangkitlah dari randjang masa lalu
Ajat-ajat  jang menidurkan kebekuan hidup dalam belenggu
Dari sap-sap tangga menudju puntjak nasib bangsa.
Sekarang bangkitlah dari tenda langit jang biru
Memanah bumi dihari ini, dengan kasih Illahi
Puisi akan menampilkan maknanja, kebenaran dalam kata
Sekarang bangkitlah dari perdjalanan jang djauh
Menanti dengan kesabaran tapak-tapakmu, duh Tuhan
Telah kita ratakan djalan itu : Kemerdekaan !
Hartojo Andangdjaja
Rakyat
Rakyat ialah kita
jutaan tangan yang mengayun dalam kerja
di bumi di tanah tercinta
jutaan tangan mengayun bersama
membuka hutan-hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga
mengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di kota
menaikkan layar menebar jala
meraba kelam di tambang logam dan batubara
Rakyat ialah tangan yang bekerja
Rakyat ialah kita
otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka
yang selalu berkata dua adalah dua
yang bergerak di simpang siur garis niaga
Rakyat ialah otak yang menulis angka-angka
Rakyat ialah kita
beragam suara di langit tanah tercinta…
Rakyat ialah suara beraneka… [ ]