Dampak kebijakan tim ekonomi Kabinet Merah Putih (KMP) tentang efisiensi anggaran kementerian dan lembaga (K/L) senilai Rp306 triliun, memakan korban. Industri hotel, travel dan restoran sudah banyak yang gulung tikar.
Minimnya kegiatan dari instansi pemerintah di hotel, memicu pemutusan hubungan kerja alias PHK. Sedangkan agen perjalanan harus beradaptasi di tengah menurunnya belanja Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Imbasnya pengurangan tenaga kerja, karena tidak membutuhkan yang banyak lagi. Saat ini semua bisnis harus menyesuaikan kondisi pasar,” kata Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, dikutip Selasa (13/5/2025).
Sektor perhotelan, kata dia, menjadi salah satu yang paling terdampak kebijakan penghematan anggaran pemerintah. Menyusutnya kegiatan instansi di hotel membuat banyak pengusaha terpaksa memangkas jumlah pegawai.
“Pengurangan tenaga kerja itu adalah dampak jangka pendek. Jika kondisi ini terus berlanjut, dunia perhotelan bisa menghadapi kerugian lebih besar,” kata Alan, sapaan akrabnya.
Dia pun mendorong pengusaha dan pemerintah untuk segera mencari solusi, seperti melakukan shifting market.
Shifting market yang dimaksud adalah mengubah target pasar dari instansi pemerintah menjadi wisatawan domestik maupun mancanegara. Langkah itu bisa dilakukan melalui kerja sama dalam promosi wisata, sehingga menarik minat wisatawan untuk berlibur dan menginap di hotel-hotel lokal.
Tak hanya sektor hotel, pelaku usaha travel juga merasakan efek yang sama. Ketua Umum DPP Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo), Pauline Suharno, mengatakan bahwa ASN kini lebih hati-hati membelanjakan anggaran perjalanan dinas maupun pendapatan pribadi mereka.
Meski begitu, pengusaha travel disebut sudah terbiasa menghadapi dinamika pasar. Saat ini, paket outbound atau perjalanan ke luar negeri justru lebih diminati ketimbang paket domestik. Alasannya, akses yang semakin mudah dari berbagai kota di Indonesia ke berbagai negara, serta harga yang makin terjangkau.
“Dengan berbagai perubahan ini, baik sektor hotel maupun agen travel dituntut untuk lebih kreatif dan adaptif agar tetap bertahan,” pungkasnya.