Diganduli Utang Rp22 Triliun, Krakatau Steel Tekor Rp2,5 Triliun. Bosnya Salahkan Pabrik tak Beroperasi


Nasib PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang berkode emiten KRAS, semakin di ujung tanduk. BUMN sektor baja ini harus menanggung utang yang sebentar lagi jatuh tempo sebesar US$1,36 miliar. Dengan kurs Rp16.400, angka itu setara Rp22,3 triliun. Wow.

Beratnya beban utang membuat kinerja keuangan dari pabrik baja milik negara yang berlokasi di Cilegon, Banten itu, semakin ngos-ngosan. Sepanjang 2024, laporan keuangan KRAS mencatatkan tekor US$154,7 juta atau setara Rp2,54 triliun.

Dari sisi pendapatan sepanjang 2024, KRAS meraup US$954,59 juta atau setara Rp15,66 triliun. Anjlok 34,35 persen atau US$1,45 miliar jika dibandingkan 2023.

Direktur Utama Krakatau Steel, Muhammad Akbar Djohan menyebut biang kerok tekornya perseroan yakni tidak beroperasinya pabrik HSM (Hot Strip Mill) 1. Pabrik baja yang memproduksi baja canai panas atau hot rolled plate sempat terbakar sehingga tak beroperasi.  

“Laba bruto sebesar 106,94 juta dolar AS atau setara Rp1,73 triliun dan EBITDA positif senilai 6,63 juta dolar AS atau setara Rp107,17 miliar,” kata Akbar, Jakarta, dikutip Selasa (6/5/2025).

Saat ini, kata Akbar, Krakatau Steel masih harus menghadapi masalah klasik yakni masih tingginya beban keuangan yang harus ditanggung sebesar 153,65 juta dolar AS atau setara Rp2,48 triliun.

Selain itu, KRAS memperoleh bagian rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar 49,68 juta dolar AS atau setara Rp802,66 miliar. Alhasil, KRAS masih membukukan rugi periode berjalan sebesar 154 juta Dollar Amerika atau setara dengan Rp2,4 triliun. Rugi ini tercatat naik dari tahun 2023 yang sebesar 130 juta dolar AS.

“Dengan beroperasinya kembali HSM 1 yang mampu memproduksi hot rolled coil hingga 2,4 juta ton per tahun, serta berjalannya sejumlah proyek strategis maupun kerja sama dengan BUMN, pabrikan, distributor, dan konsumen lain di tahun ini, kami optimistis Krakatau Steel Group bisa meningkatkan penjualan,” ujarnya.

Sepanjang 2024, kata Akbar, Krakatau Steel mampu menjaga arus kas di level positif yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar US$88,15 juta atau setara Rp1,5 triliun. Dengan total aset per 31 Desember 2024, mencapai US$2,89 miliar atau setara Rp46,83 triliun. Atau naik 1,59 persen ketimbang 2023.

“Kami berkomitmen meningkatkan kinerja KRAS bahkan dengan adanya berbagai tantangan global saat ini. KRAS menerapkan serangkaian strategi untuk memastikan produksi HSM berjalan sesuai target dan keberlangsungan usaha perseroan,” pungkasnya. 
 

Exit mobile version