Dibantai Jepang Pelajaran Berharga, Naturalisasi Cuma Pelengkap Bukan Jalan Pintas

Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI), Ignatius Indro mengatakan kekalahan telak 0-6 adalah pelajaran berharga bagi skuad Garuda, bahwa tak ada jalan pintas dalam membangun timnas.
“Kekalahan telak 0-6 dari Jepang bisa dibaca sebagai cermin tajam perbedaan pendekatan sistemik antara Jepang dan Indonesia dalam membangun sepak bola,” kata Indro saat dihubungi Inilah.com, dikutip Jumat (13/6/2025).
Indro mengatakan, Jepang adalah contoh negara yang membangun dengan visi jangka panjang, sementara Indonesia lewat PSSI saat ini masih lebih sering mengambil jalur cepat dan pragmatis, seperti naturalisasi pemain, tanpa menyelesaikan akar permasalahan, seperti tata kelola liga, infrastruktur, dan pembinaan usia muda. Meski naturalisasi tidak sepenuhnya salah, namun tanpa fondasi yang kuat, hasilnya tidak akan bertahan lama.
Indro menegaskan, Jepang memilih fokus membangun fondasi jangka panjang, bukan sekadar tambal sulam. Upaya itu sudah dimulai sejak reformasi besar-besaran pada 1993 seiring kelahiran J.League. Sejak saat itu, mereka berinvestasi besar pada empat pilar utama pengembangan sepak bola.
“Pertama. Akademi usia dini yang terintegrasi dengan sekolah. Pelatih lokal berkualitas tinggi dan berlisensi. Lalu, pengiriman pemain muda ke Eropa sejak usia belia. Hingga, liga domestik yang stabil, profesional, dan kompetitif,” kata Indro.
Hasilnya memang tidak instan, alias baru terlihat setelah 10-15 tahun kemudian. “Tapi hari ini mereka panen: pemain seperti Takefusa Kubo, Wataru Endo, Kaoru Mitoma, hingga Ritsu Doan adalah produk sistematis, bukan hasil dadakan,” ucapnya lagi.
Sementara itu, ia menilai Indonesia masih terjebak pada solusi instan. Mulai dari naturalisasi pemain diaspora dan keturunan. Lalu, Timnas dibentuk dari kumpulan ‘talenta terbaik’ bukan hasil sistem pembinaan. Hingga kompetisi yang masih bermasalah dalam profesionalisme, wasit, manajemen klub, dan infrastruktur.
“Jepang menunjukkan bahwa tidak ada jalan pintas menuju kejayaan. Naturalisasi bisa menjadi pelengkap, tapi tidak bisa jadi strategi utama,” katanya.
“PSSI harus mulai berani berinvestasi pada pembinaan jangka panjang, membenahi liga secara menyeluruh, dan mempercayai pelatih-pelatih muda serta pemain lokal sejak usia dini,” ujar Indro lagi.
Apabila tidak ada perubahan, Indro yakin Indonesia hanya akan mengulangi pola yang sama, euforia sesaat, lalu realitas pahit datang mengetuk.