Daripada Rakyat Susah Makan, Bulog Ancang-ancang Impor Beras Sejuta Ton dari China

Saat ini, sawah-sawah banyak yang mengalami kekeringan akibat kemarau El Nino. Dan, persediaan beras nasional terus menipis. Mau tak mau, pemerintah harus impor beras.
Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog, Budi Waseso atau akrab disapa Buwas, menyatakan terbukanya peluang impor beras sebanyak satu juta ton dari China. Untuk mengantisipasi mundurnya panen nasional akibat kemarau El Nino.
“Kami antisipasi El Nino. Prediksinya kan Januari, Februari, Maret, belum ada panen atau panennya mundur semua,” kata Buwas di Jakarta, Rabu (4/10/2023).
Pernyataan tersebut ia sampaikan usai meninjau stok dan harga beras di Pasar Rawamangun bersama Menteri BUMN Erick Thohir. Keduanya juga meninjau operasi pasar beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di Pasar Induk Beras Cipinang.
Menurut Buwas, antisipasi tersebut penting untuk memastikan pemenuhan kebutuhan beras nasional. “Pemerintah harus sudah menyiapkan. Jangan sampai begitu kita lihat kurang, baru ribut mencari impor,” kata Buwas yang mantan Kabareskrim Mabes Polri itu.
Buwas menambahkan, Presiden Jokowi bekerja sama dengan China, guna menyiapkan satu juta ton beras. Nantinya, beras tersebut akan diekspor oleh China ke Indonesia apabila produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan nasional akibat El Nino.
Buwas menambahkan bahwa Indonesia tidak akan secara langsung menerima satu juta ton beras. Jumlah beras yang diimpor dari China tergantung dengan selisih kebutuhan nasional dengan produksi dalam negeri. “Kita lihat dulu kebutuhannya. Tetapi, dalam hal ini, China sudah menyiapkan,” kata Buwas.
Kerja sama impor tersebut menjadi salah satu solusi bagi Indonesia ketika membutuhkan beras dalam keadaan darurat.
Buwas menjelaskan bahwa stok beras yang ada di Bulog mencapai 1,7 juta ton, yang terdiri dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebanyak 1,67 juta ton dan stok komersil sekitar 69 ribu ton.
Sementara itu, penyaluran beras telah mencapai angka 1,7 juta ton yang digunakan antara lain realisasi SPHP sebanyak 799 ribu ton, bantuan pangan tahap pertama sebesar 640 ribu ton, dan bantuan pangan beras tahap kedua yang saat ini terus digenjot dengan realisasi terakhir telah mencapai 98,5 persen untuk bulan pertama sebesar 197 ribu ton.
Di sisi lain, Menteri BUMN Erick Thohir (Etho), mengingatkan agar impor dan produksi beras dapat berjalan beriringan, tidak sendiri-sendiri. Ia menyoroti pentingnya integrasi data antara impor dan produksi beras, sehingga tidak merugikan rakyat, khususnya petani. “Tidak bisa impor jalan sendiri, produksi jalan sendiri,” kata Menteri Etho.