Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (5/5/2025).(Foto: inilah.com/ Vonita Betalia)
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com
Sekolah Rakyat punya visi yang baik untuk memutuskan rantai kemisikinan, mencuat pertanyaan di publik apa program ini akan menyasar para anak jalanan yang putus sekolah?
Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul memastikan pemerintah akan berupaya mengakomodasi anak-anak yang hidup di pinggir jalan agar bisa bersekolah melalui skema Sekolah Rakyat. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk komitmen untuk meningkatkan akses pendidikan bagi kelompok rentan.
“Basisnya DTSEN (Data Terpadu Sosial Ekonomi Nasional), ya di mana aja selama ada di DTSEN dan sudah dilakukan semacam survei, ya bisa. Tapi setiap anak di pinggir jalan terus disambil. Tapi basisnya adalah DTSEN,” kata Gus Ipul saat dihubungi Inilah.com, Jakarta, Rabu (9/7/2025).
Gus Ipul menyebutkan upaya mengakomodasi anak-anak yang hidup di pinggir jalan dalam program Sekolah Rakyat akan disesuaikan dengan alokasi anggaran yang ada.
“Selama mereka masuk di DTSEN ya pelan-pelan nanti sesuai alokasinya akan dicoba. Kita harapkan ini nanti memotivasi banyak kalangan untuk juga memberikan semacam kesempatan pada anak-anak itu bisa sekolah,” ujarnya.
Menurut Gus Ipul, program ini difokuskan untuk anak-anak yang benar-benar tidak bersekolah atau yang sudah putus sekolah, sehingga mereka dapat kembali mendapatkan hak pendidikan.
“Jadi ini kita fokusnya ya kepada bukan mereka yang sudah sekolah. Tapi fokusnya kepada mereka yang tidak sekolah atau putus sekolah,” ucapnya.
Sebelumnya, Gus Ipul melaporkan, program Sekolah Rakyat akan resmi dimulai pada 14 Juli 2025. Dia mengatakan, 63 titik lokasi Sekolah Rakyat sudah rampung direnovasi sehingga dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar yang akan datang.
Proses belajar mengajar, lanjut dia, akan diawali dengan pemeriksaan kesehatan bagi seluruh siswa, guru, dan tenaga kependidikan. Kemudian, dilanjutkan dengan masa orientasi selama satu hingga tiga bulan, sebelum masuk ke pembelajaran formal.
Program ini menargetkan 100 titik sekolah rampung pada akhir Juli 2025. Tahap awal mencakup 395 rombongan belajar dari jenjang SD, SMP, dan SMA. Pulau Jawa menjadi wilayah dengan titik terbanyak (48 titik), disusul Sumatra (22), Sulawesi (15), Bali-Nusra (4), Kalimantan (4), Maluku (4), dan Papua (3).
“Untuk yang 100 titik pertama 9.700 lebih siswa, untuk 100 titik kedua potensinya itu sekitar 10.000 siswa. Dari 100 titik pertama itu 40-an persen itu ada di Jawa. Tapi di Papua ada, di Aceh ada, di Maluku juga ada, di Kalimantan ada, semua,” ujarnya.