Cadangan Devisa Makin Tergerus, Ekonom Minta Hentikan Efisiensi Anggaran yang Ugal-ugalan

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menyatakan cadangan devisa (cadev) yang terus turun menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia yang rapuh dari tekanan eksternal. Maka tak heran, Bank Indonesia (BI) harus jor-joran melakukan intervensi demi mempertahankan kurs Rupiah menggunakan cadev.
“Situasi kedepan cadev diperkirakan bakal terus tergerus. Kunci menjaga cadev adalah melakukan sinergi fiskal dan moneter. Peran stimulus pemerintah penting untuk menjaga ekspektasi pelaku pasar, jadi setop efisiensi anggaran yang ugal-ugalan,” tegas Bhima kepada inilah.com saat dihubungi di Jakarta, Senin (12/5/2025).
Sementara itu, Bhima menyebut BI dituntut harus keluar dari pakem menahan penurunan suku bunga acuan. BI harus lebih berani memangkas suku bunga, agar sektor riilnya tumbuh, dan memicu investasi lebih besar lagi.
“Selain itu secara fundamental model pertumbuhan ekonomi yang bergantung pada komoditas, harus segera di geser ke pengembangan teknologi dan ekonomi hijau,” tuturnya.
“Selama Indonesia bergantung pada naik-turunnya harga batu bara, minyak dan sawit, maka cadev kedepan bakal makin terkikis karena dipakai untuk menstabilkan Rupiah. Tren harga komoditas kan sedang turun tajam, jadi Rupiah pasti terkoreksi terus,” tandas Bhima.
Bank Indonesia (BI) sebelumnya mengumumkan cadev pada Mei 2025 susut hingga US$4,6 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Angka susutnya cukup besar, nyaris Rp75 triliun dengan kurs Rp16.500/US$.
Bahkan posisi cadev pada April 2025 tercatat US$136,2 miliar, tergerus signifikan menjadi US$131,6 miliar pada Mei 2025.