Bukalapak Beralih ke Produk Virtual, Pengamat Sebut AI Bisa Jadi Penyelamat
Teknologi kecerdasan buatan atau akal imitasi (AI) dinilai memiliki potensi besar untuk mendorong kemajuan startup di Indonesia, terutama dalam meningkatkan efisiensi dan memahami kebutuhan konsumen. Namun, tantangan utama tetap pada keterbatasan pendanaan untuk mengadopsi teknologi ini secara masif.
Pengamat Teknologi Informasi (TI), Heru Sutadi, mengungkapkan bahwa AI dapat dimanfaatkan untuk menganalisis perilaku konsumen secara mendalam.
“Teknologi AI sebenarnya dapat memajukan startup. Misalnya, untuk menganalisis data kebutuhan pembeli, kapan mereka lebih sering membeli, produk yang mereka pilih, hingga peluang mereka kembali ke platform,” kata Heru kepada Inilah.com, Jumat (10/1/2025).
AI dan Masa Depan Startup
Heru percaya bahwa startup yang mengadopsi teknologi AI dapat berkembang lebih pesat dibandingkan yang tidak. Teknologi ini memungkinkan analisis data dan otomatisasi proses bisnis, termasuk aplikasi seperti chatbot hingga analitik bisnis.
“AI dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam dan mendukung keberlanjutan startup,” ungkapnya.
Namun, ia juga menyoroti bahwa pendanaan menjadi hambatan utama. “Pendanaan saat ini masih sangat selektif, sehingga tidak semua startup mampu mengadopsi AI dalam waktu dekat,” tambah Heru.
Heru melihat bahwa ekosistem digital Indonesia cukup adaptif untuk menerima teknologi AI secara luas. Banyak startup sudah mulai memanfaatkan AI untuk berbagai kebutuhan operasional. “Meski belum semua bisa mengadopsi karena terkendala anggaran, banyak startup yang mulai menggunakan AI secara bertahap,” ujar Heru.
Kasus Bukalapak: Bukti Pentingnya Adaptasi
Langkah Bukalapak menghentikan operasional penjualan produk fisik dianggap sebagai bukti pentingnya transformasi dan adaptasi bisnis di tengah ketatnya persaingan. Perusahaan yang pernah menjadi unicorn pertama Indonesia ini kini fokus pada penjualan produk virtual seperti token listrik, pulsa, dan paket data.
Keputusan Bukalapak menandai tantangan yang dihadapi startup untuk tetap relevan di pasar. Dengan valuasi yang sempat mencapai Rp 100 triliun, Bukalapak kini harus mengandalkan inovasi dan efisiensi agar dapat bertahan.
Heru menekankan, adopsi teknologi seperti AI bisa menjadi jalan keluar bagi startup untuk tetap kompetitif. Namun, keberhasilan transformasi ini tetap membutuhkan dukungan pendanaan yang kuat serta strategi bisnis yang jelas. “Startup harus mampu menciptakan nilai tambah bagi konsumen dan tidak hanya mengandalkan strategi tradisional seperti subsidi besar-besaran,” pungkas Heru.