Market

Biasakan Anak Muda Atur Keuangan, OJK Genjot Literasi Keuangan Naik 1 Persen/Tahun


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan indeks literasi keuangan bagi masyarakat, khususnya anak muda bisa naik 1 persen/tahun. Agar rakyat Indonesia semakin ‘melek’ keuangan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi mengemukakan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia tahun ini baru mencapai 66,46 persen atau naik dari tahun sebelumnya sebesar 65 persen.

“Secara geografis wilayah kita cukup menantang, teknologi informasi maupun jaringan internet di setiap daerah juga tidak sama, namun kami tidak patah semangat untuk mengedukasi dalam upaya meningkatkan literasi keuangan masyarakat secara luas,” kata Kiki, sapaan akrabnya di Universitas Brawijaya (UB) di Malang, Jawa Timur, Rabu (7/5/2025).

Baca Juga:  Setop Untungkan Segelintir Pengusaha, NasDem Dukung Penghapusan Kuota Impor

Dia mengatakan, literasi keuangan bagi masyarakat di Indonesia, masih lebih tinggi dibanding dengan negara-negara Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), yang rata-rata hanya sebesar 61 persen.

Ia mengatakan ada empat segmen sasaran peningkatan literasi keuangan, yakni segmen perempuan, anak-anak muda, perdesaan, dan segmen petani/peternak.

Ke depan, dia bilang, generasi muda sebagai penyokong pembangunan harus memahami sistem keuangan dan memiliki kecerdasan keuangan.

Sementara Kepala Badan Supervisi OJK, Sidharta Utama mengatakan, era digital saat ini, manusia dimudahkan dalam berbagai aktivitas. Hanya dengan telepon genggam (handphone), semua aktivitas dan kebutuhan bisa terpenuhi.

Namun, lanjutnya, teknologi yang memudahkan ini juga menjadikan manusia (masyarakat) berperilaku konsumtif, sehingga mendorong untuk meminjam uang yang ditawarkan secara digital, seperti Paylater.

Baca Juga:  Wajib Agunan untuk Ngutang Lewat Pinjol, Ternyata Ini Syaratnya

“Seringkali masyarakat kita tidak memahami dengan benar risikonya, termasuk dalam berinvestasi digital. Oleh karena itu, dengan literasi keuangan, khususnya keuangan digital, paling tidak bisa mencegah diri sendiri melakukan aktivitas keuangan yang bisa merugikan, seperti judi online atau pinjaman online ilegal,” ujarnya.

 

Back to top button