BGN Minta Tambahan Anggaran, Sri Mulyani Ingatkan Program Presiden Bukan Cuma MBG

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan masih mempertimbangkan untuk menaikan anggaran Makan Bergizi Gratis (MBG) hingga Rp100 triliun. Pernyataan ini merespon permintaan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) yang mengeklaim penambahan ini guna menyasar 82,9 juta penerima MBG hingga akhir tahun 2025.
“Ya itu dalam keseluruhan postur APBN akan dipertimbangkan seluruhnya,” kata Sri Mulyani di Jakarta, dikutip Kamis (23/1/2025).
Sri Mulyani menjelaskan pertimbangan ini dilakukan agar seluruh program prioritas yang direncanakan Presiden RI Prabowo Subianto bisa berjalan. Karenanya, perlu pembahasan yang matang untuk merealisasikan ke seluruh program secara efisien.
“Prioritas-prioritas yang pak Presiden tetapkan dan akan dicapai dan bagian mana yang untuk akomodasi kebutuhan tambahan itu kita sedang identifikasi dan supaya bisa sesuai dengan prioritas beliau dan kurangi inefisiensi,” ujarnya.
Diketahui, eksekusi program makan bergizi gratis yang dikomandoi Badan Gizi Nasional (BGN) berantakan. Di tengah banyaknya persoalan, Kepala BGN Dadan Hindayana malah meminta tambahan anggaran sebesar Rp100 triliun. Dia mengatakan, tambahan anggaran ini akan digunakan untuk menyasar 82,9 juta penerima MBG hingga akhir tahun 2025.
“Gini, kalau dari hitungan Badan Gizi, kalau tambahan itu terjadi di September, sebetulnya Rp100 triliun sudah cukup untuk memberi makan 82,9 juta (penerima MBG),” kata Dadan di Jakarta, dikutip Sabtu (18/1/2025).
Dadan berdalih, anggaran Rp71 triliun yang sudah dialokasikan untuknya hanya mampu mencukupi 17,5 juta anak penerima program. “Untuk sementara yang sudah fix itu Rp 71 triliun, itu kalau tidak ada penambahan maka akan mencapai 15 sampai 17,5 juta penerima manfaat,” ujarnya.
Asal tahu saja, berantakannya eksekusi MBG sudah membuat Presiden Prabowo Subianto gelisah. Orang nomor satu di Indonesia itu, merasa gelisah lantaran dapur MBG gagal penuhi target. “Ya tentu, tentu. Saya sudah jelaskan bahwa beliau gelisah banyak anak-anak yang iri kenapa yang lain sudah dapat,” kata Dadan.
Tak heran jika Prabowo gelisah. Sebab, akan bergizi gratis (MBG) yang telah berjalan sejak Senin (6/1/2025), hingga saat ini belum cukup merata di seluruh sekolah. Tidak usah jauh-jauh, di ibu kota saja masih terdapat sekolah yang tak kebagian program ini. Padahal letak sekolah terbilang dekat dari SPPG. Seperti yang dialami SMAN 14 Cililitan Jakarta Timur.
Sekolah sudah dapat pun tak luput dari persoalan. Sejumlah siswa SD Negeri Dukuh 03 Sukoharjo, keracunan usai menyantap menu program Makan Bergizi Gratis (MBG), Kamis (16/1/2025).
Belum lagi dugaan korupsi. Sumber Inilah.com mengungkap ada indikasi oknum BGN memonopoli ompreng atau wadah makan. Permainan dimulai dari spesifikasi yang sulit dan rinci, seperti wadah yang dibutuhkan, berjenis lima sekat dengan material stainless SUS304. Ukurannya harus 28x22x4 cm, dengan ketebalan 0,4 mm. Kandungan nikel wajib di bawah 10 persen dan tingkat cromium-nya 8.
Harga per ompreng, di sejumlah marketplace, dibanderol Rp47.000-55.000. Rata-rata dapur MBG ditargetkan memproduksi 3.000 porsi, artinya dana pengadaan wadah makan sekitar Rp141-165 juta. Ironisnya lagi, sumber yang sama menyebut, bahwa para calon mitra akan diarahkan oleh oknum Badan Gizi Nasional (BGN) untuk membeli lewat vendor yang ditunjuk, per ompreng dihargai Rp70.000.
Selain itu, janji Badan Gizi Nasional (BGN) soal pelibatan UMKM dalam program makan bergizi gratis sepertinya juga sekadar ‘omon-omon’. Terbukti dua restoran mewah punya Grup Sri Rejeki Isman (Sritex) didapuk menjadi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) alias dapur MBG. Dua restoran itu adalah Diamond dan Daegu Korean Grill, keduanya ditunjuk sebagai SPPG atau dapur MBG. Mereka bertugas memasok makanan bagi siswa sekolah di daerah Laweyan.