Market

Bertolak Belakang dengan Ekonom, Menteri UMKM Klaim Fundamental Ekonomi Aman


Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Maman Abdurahman memastikan ekonomi Indonesia aman. Dia tidak melihat adanya penurunan daya beli meski pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 loyo.

“Saya masih melihat fundamental ekonomi kita masih oke, masih bagus. Sejak awal saya konsisten, sampai sejauh ini saya belum melihat ada penurunan daya beli,” ujar Maman kepada wartawan, dalam acara FLEI Business Show 2025, di Jakarta Convention Center, Jumat (16/5/2025).

Dia juga meyakinkan Kementerian UMKM akan terus bekerja secara maksimal membuka akses investor terhadap UMKM.

“Tapi bagi saya terlepas dari ada kenaikan daya beli ataupun penurunan daya beli, kami akan terus bekerja secara maksimal untuk membuka akses sebesar-besarnya bagi kemudahan usaha, akses perizinan, akses permodalan dan sebagainya untuk usaha mikro, kecil dan menengah,” kata Maman.

Baca Juga:  Daftar 15 Golongan yang Gratis Naik Transportasi Umum di Jakarta

Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (5/5/2025) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 sebesar 4,87 persen secara tahunan (yoy). Produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp5.665,9 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp3.264,5 triliun.

Lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB adalah industri pengolahan, perdagangan, pertanian, konstruksi, dan pertambangan. Kelima sektor ini menyumbang total 63,96 persen terhadap PDB nasional.

Ekonom Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), Gede Sandra menilai penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia ini terjadi akibat kebijakan pemerintah terkait efisiensi anggaran sebesar Rp306 triliun. Dampaknya, perusahaan atau bisnis yang selama ini menggantungkan anggaran dari pemerintah, menjadi kelabakan. Bahkan sudah banyak yang gulung tikar.

Baca Juga:  Laba bank bjb Tumbuh 9,37 Persen di Kuartal I 2025 Berkat Inovasi Digital dan Kinerja KUB

“Pertumbuhan ekonomi sedikit terkoreksi, ini akibat efisiensi yang ditempuh pemerintah. Banyak bisnis rakyat yang selama ini bergantung kepada proyek pemerintah, harus merugi dan melakukan PHK. Misalnya, perhotelan, maskapai penerbangan hingga media massa. Banyaknya PHK menekan pertumbuhan ekonomi,” ujar Gede kepada Inilah.com, Jakarta, Selasa (6/5/2025).

Back to top button