Sebuah video yang beredar luas di Facebook telah memicu kegemparan di kalangan warganet Indonesia. Dalam video tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tampak berpidato, dan klaim yang menyertainya menyebutkan bahwa ia akan menjadikan Indonesia sebagai target serangan berikutnya setelah Iran.
Video berdurasi singkat itu menampilkan Netanyahu mengenakan jas hitam dan dasi biru, berbicara di depan mikrofon, seolah-olah sedang menyampaikan pernyataan penting. Pengunggah video kemudian menambahkan keterangan yang mengklaim sebagai isi pidato Netanyahu, bunyinya: “Kita hancurkan negara Iran dahulu, setelah itu kita hancurkan beberapa negara di Asia, salah satunya, negara Indonesia.”
Tak berhenti sampai di situ, cuplikan video tersebut juga dilengkapi narasi provokatif: “Setelah negara Israel dihancurkan oleh Iran presiden Israel langsung Angkat bicara bahwamereka akan menghancurkan kembali negara Iran dan beberapa negara di asia tapi yang paling di utamakan negara yang akan mereka hancur setelah Iran yaitu negara Indonesia karena kita salahsatu negara yang menyetujui palestina Merdeka.”
Video ini telah mengumpulkan respons dari sekitar 18.000 pengguna Facebook. Namun, benarkah PM Netanyahu benar-benar mengancam akan menghancurkan Indonesia?
Fakta Sebenarnya: Video Asli Berbeda Jauh
Setelah penelusuran mendalam, terungkap bahwa video yang beredar adalah hasil suntingan dan manipulasi informasi. Rekaman tersebut sangat mirip dengan video asli dari FOX 5 Washington D.C. berjudul “FULL SPEECH: Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu makes address to Congress,” yang diunggah pada 25 Juli 2024.
Dalam video aslinya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sama sekali tidak menyebut Indonesia. Faktanya, pidato tersebut bertujuan untuk mendapatkan dukungan lebih besar dari AS dalam menghadapi Hamas.
Pidato yang disampaikan di hadapan Kongres AS pada Rabu, 24 Juni 2025, ini justru menuai protes keras dari sejumlah anggota Partai Demokrat AS dan memicu ribuan orang turun ke jalan untuk berdemonstrasi di Ibu Kota AS.
Dari penjelasan ini, jelas bahwa terjemahan dan keterangan yang disertakan dalam video Facebook tersebut tidak benar dan merupakan hasil penyuntingan dengan menambahkan informasi palsu. Masyarakat diimbau untuk selalu kritis dan memeriksa kebenaran informasi sebelum mempercayai atau menyebarkannya.