Market

Beras hingga Rokok Jadi Penyebab Inflasi Februari 2023

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Februari 2023 sebesar 5,47 persen (year-on-year/yoy). Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan andil 1,87 persen.

Lima komoditas yang dominan memberikan andil atau sumbangan inflasi secara tahunan (yoy), yaitu beras sebesar 0,32 persen, rokok kretek filter 0,20 persen, telur ayam ras 0,15 persen,serta ikan segar dan cabai merah yang masing-masing meyumbang 0,11 persen.

Sementara, komoditas yang dominan memberikan andil inflasi secara bulanan (month-to-month/mtm) yaitu beras sebesar 0,8 persen, rokok kretek filter 0,04 persen, bawang merah 0,03 persen, cabai merah 0,02 persen. Kemudian rokok putih, bawang putih, dan kentang masing-masing 0,01 persen.

Baca Juga:  Diskon Tarif Listrik 50 Persen Ada Lagi, Berlaku Juni-Juli 2025

Sementara kelompok lain yang juga mengalami inflasi, yakni pakaian dan alas kaki sebesar 1,18 persen, perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga 3,43 persen, perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 4,02 persen.

Kemudian kesehatan 2,94 persen, rekreasi olahraga, dan budaya 2,6 persen, pendidikan 2,76 persen, penyediaan makanan dan minuman atau restoran 4,08 persen, dan perawatan pribadi dan jasa lainnya 5,63 persen.

Berdasarkan provinsi, inflasi Februari 2023 di Sumatra paling tinggi ada di Kota Meulaboh sebesar 7,72 persen. Lalu, di Kalimantan tertinggi ada di Kotabaru sebesar 7,88 persen.

Adapun, inflasi di Jawa tertinggi ada di Kota Bandung sebesar 7,50 persen. Inflasi di Bali-Nusa Tenggara tertinggi ada di Kota Denpasar sebesar 6,37 persen.

Baca Juga:  Dukung Pencabutan 4 IUP Tambang Nikel Raja Ampat, Hipmi: Perkuat Investasi yang Sehat

Sementara itu, inflasi tertinggi di Sulawesi ada di Kota Kotamobagu sebesar 7,31 persen. Lalu, inflasi tertinggi di Maluku dan Papua ada di Manokwari sebesar 6,83 persen.

Back to top button