Banyak Masjid Hancur, Ratusan Muslim Dikhawatirkan Tewas Akibat Gempa Myanmar


Ratusan jamaah Muslim dikhawatirkan termasuk di antara lebih dari ribuan orang yang tewas dalam gempa bumi dahsyat yang mengguncang Myanmar tengah saat mereka berkumpul di masjid untuk salat selama bulan Ramadan.

Menurut Pemerintah Persatuan Nasional bayangan, lebih dari 50 masjid di seluruh negeri juga mengalami kerusakan ketika gempa berkekuatan 7,7 skala Richter melanda pada hari Jumat (28/3/3025).

Htet Min Oo sedang melakukan wudhu sebelum salat Ramadan di sebuah masjid di sebelah rumahnya di Mandalay. Rumahnya runtuh bersama sebagian masjid, dan separuh tubuhnya terjepit reruntuhan tembok yang mengubur dua bibinya. Warga bergegas menyelamatkan mereka, katanya, tetapi hanya satu yang selamat.

Pria berusia 25 tahun itu mengutip kantor berita Reuters mengungkapkan, kedua pamannya dan neneknya juga terjebak di bawah tumpukan beton. Karena tidak ada alat berat yang tersedia, ia berusaha keras membersihkan puing-puing dengan tangannya tetapi tidak berhasil menggesernya.

“Saya tidak tahu apakah mereka masih hidup di bawah reruntuhan. Setelah sekian lama, saya rasa tidak ada harapan lagi,” katanya pada hari Jumat. “Terlalu banyak puing dan tidak ada tim penyelamat yang datang untuk menyelamatkan kami,” tambahnya, suaranya bergetar saat ia mulai menangis.

Seorang penduduk wilayah Mandalay berusia 39 tahun menggambarkan pemandangan mengerikan saat ia mencoba menyelamatkan seorang pria yang terjebak di bawah reruntuhan masjid yang runtuh di Desa Sule Kone tetapi harus melarikan diri karena gempa susulan yang kuat.

“Saya harus meninggalkannya di belakang… Saya masuk untuk kedua kalinya untuk mencoba menyelamatkannya,” katanya kepada Reuters, yang menolak disebutkan identitasnya. “Saya menyelamatkan empat orang dengan tangan saya sendiri. Namun sayangnya, tiga orang sudah meninggal, dan satu orang meninggal di pelukan saya.”

Warga tersebut mengatakan 10 orang tewas di sana, dan mereka termasuk di antara 23 orang yang tewas di tiga masjid yang hancur di desa tersebut. Pembatasan pemerintah telah mencegah masjid-masjid tersebut ditingkatkan, katanya.

Umat ​​Muslim merupakan kelompok minoritas di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha. Kalangan Muslim telah ditindas dan dipinggirkan oleh pemerintahan berturut-turut, sementara kelompok ultranasionalis dalam beberapa tahun terakhir telah memicu kekerasan.

Suku Rohingya, minoritas Muslim yang besar, merupakan salah satu kelompok yang paling banyak menjadi korban penganiayaan penguasa Myanmar, menderita kematian massal dan pengusiran.

Menurut laporan tahun 2017 oleh Departemen Luar Negeri AS, pihak berwenang Myanmar selama beberapa dekade juga mempersulit umat Islam untuk memperoleh izin memperbaiki atau membangun masjid. Akibatnya masjid-masjid bersejarah telah rusak karena tidak mendapat dana pemeliharaan rutin.

Seorang pria, Julian Kyle, memohon di media sosial agar disediakan peralatan berat untuk mengangkat pilar beton setelah gempa menghancurkan masjid lain di Mandalay. “Anggota keluarga saya dan yang lainnya tertimpa reruntuhan dan kehilangan nyawa,” tulisnya. “Kami sangat ingin menemukan jenazah mereka.”

Seorang penduduk kota Taungnoo, sekitar 370 km (230 mil) jauhnya, mengatakan dia sedang salat ketika satu sisi masjid Kandaw ambruk dan menimpa dua baris pria yang duduk di hadapannya. “Saya melihat begitu banyak orang digiring keluar dari masjid, beberapa di antaranya meninggal di depan mata saya,” katanya. “Itu benar-benar menyayat hati.”

Mengutip surat kabar lokal, kantor berita Sanad Al Jazeera mengatakan bahwa runtuhnya masjid juga meningkatkan kekhawatiran akan lebih banyak bangunan roboh, terutama bangunan tua yang berusia lebih dari 150 tahun dan belum menerima izin yang diperlukan untuk renovasi.

Bangunan-bangunan Buddha juga rusak parah akibat gempa bumi, dengan 670 biara dan 290 pagoda rusak, menurut pemerintah militer. Pemerintah tidak menyebutkan adanya masjid dalam laporan kerusakannya.

Sejauh ini, gempa bumi tersebut juga telah menghancurkan bangunan, jembatan, dan jalan lain di seluruh wilayah Myanmar. Tetapi banyak yang meyakini skala sebenarnya dari bencana tersebut belum diketahui karena komunikasi yang buruk di daerah terpencil.

Exit mobile version