Bali Menangis Tersengat Blackout 5 Jam, DPR: Pariwisata Terganggu, Manajemen PLN Harus Tanggung Jawab


Anggota Komisi VI DPR Nengah Senantara sangat menyayangkan terjadinya pemadaman listrik total atau blackout selama 5 jam di Bali pada Jumat (3/5/2025). Usai blackout, warga Bali ‘disiksa’ lagi dengan adanya pemadaman listrik bergilir.

Nengah mengatakan, pemadaman ini cukup mengganggu aktivitas warga karena terjadi pada hari kerja saat aktivitas warga sedang tinggi. Sangat layak jika masyarakat sangat menyoroti kinerja PLN, sebagai satu-satunya penyedia listrik di Indonesia.

Dia menyayangkan minimnya sosialisasi dari manajemen PLN terkait blackout di Bali yang dikenal ‘surganya’ wisatawan. “Jelas sekali blackout kemarin mengganggu kenyamanan warga Bali dan ‘Bali Menangis’ dengan kejadian itu,” kata Nengah di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (6/5/2025).

Terkait klaim PLN bahwa blackout terjadi karena terganggunya sistem kabel bawah laut yang menyalurkan daya dari pembangkit ke jaringan distribusi Bali, menurutnya, harus bisa dibuktikan. “Penyebab kejadian ini juga harus diketahui secara pasti, agar dapat menjadi pembelajaran dan kesiapan bagi pengelolaan kelistrikan di daerah lainnya,” ucapnya.

Nengah mengatakan, Bali memiliki ketergantungan pasokan listrik dari Jawa. Berdasarkan data PLN, kebutuhan listrik di Bali pada tahun 2024 mencapai 1.157,6 megawatt (MW). Sebagian besar kebutuhan itu disalurkan melalui kabel bawah laut dari Pulau Jawa.

Ketergantungan ini, menurut Nengah, cukup berisiko. Ketika terjadi gangguan jaringan interkoneksi sewaktu-waktu, Bali bisa kembali mengalami pemadaman listrik.

“Pemadaman listrik tentu akan berdampak bagi masyarakat Bali, terutama pada sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung perekonomian Bali. Pemadaman listrik akan mengganggu operasional hotel, restoran, fasilitas wisata serta layanan lainya yang membutuhkan pasokan listrik,” ucapnya

Untuk itu, Ketua DPW Nasdem Bali itu, menyatakan, pemerintah perlu mengambil langkah tegas dan strategis dengan mempercepat pembangunan infrastruktur energi terbarukan di Bali.

“Sebagai penyumbang devisa pariwisata terbesar, sudah seharusnya pemerintah pusat tidak memandang Bali hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai kawasan strategis nasional yang membutuhkan dukungan penuh dalam hal ketahanan energi,” ungkapnya.

Kemandirian energi bukanlah sesuatu yang tidak bisa dicapai pulau sekecil Bali. Kemandirian energi adalah harapan yang harus diwujudkan.

Hal ini bisa terwujud jika semua pemangku kepentingan mau bekerja sama mulai dari pemerintah pusat, daerah, PLN, investor dan masyarakat. Bali tidak bisa terus bersandar pada listrik dari pulau lain.

“Bali adalah pulau yang dilandasi adat, tradisi dan budaya sehingga Bali menjadi magnet tersendiri yang tidak dimiliki oleh daerah lain dan Bali juga pulau yang sangat harmonis dalam tata kehidupannya,” ujarnya.

Nengah meminta kepada seluruh stakeholder seperti kepala daerah di Bali untuk membuat langkah strategis tentang kemandirian energi di Bali. Dia pun meminta peristiwa ini menjadi atensi Presiden Prabowo.

“Dengan penuh rasa hormat kepada Pak Presiden Prabowo, tolong untuk memberikan atensi khusus bagi Bali. Supaya dijadikan kawasan strategis nasional di bidang energi khususnya listrik,” pungkasnya.
 

Exit mobile version