Arena

BAC 2025 Nol Gelar, Taufik Hidayat: Atlet Mau Apa Lagi, Duit Sudah, Fasilitas Oke


Wakil Ketua Umum I PBSI, Taufik Hidayat, mengaku bingung dan kecewa atas hasil buruk tim bulu tangkis Indonesia di ajang Badminton Asia Championships (BAC) 2025.

Dalam turnamen bergengsi se-Asia itu, tak satu pun wakil Indonesia berhasil merebut gelar juara. Padahal, Indonesia menurunkan kekuatan terbaiknya, termasuk Jonatan Christie yang berstatus juara bertahan sektor tunggal putra.

Raihan tertinggi hanya sampai semifinal, yakni melalui pasangan ganda campuran Jafar Hidayatullah/Felisha Pasaribu, serta ganda putra Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana yang dikalahkan wakil China Cheng Bo Yang/Liu Yi lewat rubber game 21-13, 18-21, 12-21.

“Kejuaraan Asia ini seharusnya jadi ajang evaluasi, sama seperti turnamen lainnya. Tapi saya sendiri bingung, mau tanya ke atlet, maksudnya apa sih?” ujar Taufik saat ditemui di Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Senin (14/4/2025).

Baca Juga:  Malut United Hancurkan Persis Solo di Kandang Sendiri 3-1

Fasilitas Sudah Maksimal, Hasil Tak Kunjung Optimal

Taufik mempertanyakan apa lagi yang kurang dari sisi dukungan PBSI terhadap para atlet. Menurutnya, seluruh fasilitas, pelatih, dan dukungan finansial sudah terpenuhi secara maksimal. Namun, hasilnya belum mencerminkan investasi besar yang telah diberikan.

“Kalau masyarakat melihat, yang penting itu medali, ada juara. Dari sisi kami sebagai pengurus, kami tanya balik—apa yang kurang? Fasilitas sama semua, kontrak sponsor juga jalan, pendapatan mereka sudah besar. Tapi hasilnya masih seperti ini,” jelas peraih emas Olimpiade Athena 2004 itu.

Ia juga menyentil mentalitas dan konsistensi atlet yang menurutnya belum menunjukkan perkembangan signifikan, meski sudah diberi berbagai kemudahan dan dukungan.

Baca Juga:  Klasemen Balap MotoGP Usai Marc Marquez Bersinar di Qatar

Jangan Hanya Salahkan Pengurus

Mantan tunggal putra nomor satu dunia itu meminta publik tidak buru-buru menyalahkan pengurus PBSI. Menurutnya, proses membangun prestasi tidak semudah yang dibayangkan, apalagi ketika atlet tidak bisa memaksimalkan dukungan yang telah tersedia.

“Jangan pengurusnya saja yang disalahkan. Atlet dan pengurus itu satu tim. Dulu saya paling vokal minta perbaikan sistem, tapi ternyata enggak segampang itu. Sekarang semua sudah kami kasih, tapi hasilnya tetap begini. Jadi, sebenarnya yang salah di mana?” tutupnya.

 

Back to top button