Tim SAR gabungan mengerahkan anjing pelacak untuk mempercepat proses pencarian empat korban longsor Trenggalek, Jawa Timur.
Longsor yang terjadi di Desa Depok, Kecamatan Bendungan, Trenggalek, membuat enam orang tertimbun. Dua korban sudah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Sementara empat korban masih dalam tahap pencarian hingga H+6 pascakejadian.
“Kita datangkan dua unit K9 dari Polda Jatim. Dua unit K-9 dari SDI (SAR-dog Indonesia) Malang yang digunakan sebelumnya dipulangkan karena ada indikasi kelelahan,” kata Kepala Seksi Operasional dan Siaga Basarnas Surabaya, Didit Arie Ristandi dikonfirmasi usai apel pagi di Posko SAR gabungan di Desa Depok, Kecamatan Bendungan, Trenggalek, Sabtu (24/5/2025).
Pengerahan anjing pelacak menjadi prioritas dalam strategi pencarian hingga H+6 operasi SAR gabungan ini karena adanya kesimpangsiuran informasi terkait perkiraan posisi korban saat longsor terjadi.
Tim SAR juga mendatangkan saksi kunci, yaitu pak Minto yang merupakan suami salah satu korban bernama Nitin. Saksi inti ini disebut-sebut melihat langsung detik-detik longsor yang mengubur istri, ibu dan anaknya sekaligus.
Saat kejadian, Minto sedang berada di sisi atas pemukiman/rumahnya, membetulkan saluran air yang rusak terdampak longsor sebelumnya.
Minto sempat berlari berlari ke arah rumahnya saat longsor besar mulai terjadi.
Ia melihat langsung bagaimana reruntuhan tebing menerjang dan mengubur rumahnya dan beberapa rumah lain, dimana saat itu enak korban yang semuanya keluarga Minto ada di dalam rumah.
Kita panggil karena pada operasi hari kelima kemarin dilaporkan dari penanggungjawab di lapangan ada kesimpangsiuran atau ada keterangan dari beberapa warga yang mengaku sebagai keluarga korban yang menunjukkan titik yang berbeda-beda,
“Pak Minto memang masih dalam kondisi traumatis, tapi kita paksa dibantu oleh kapolsek danramil camat kades dan carik untuk mendatangkan pak Minto di lokasi kejadian dan hanya dari saksi pak Minto yang kita percaya untuk mencari di titik yang ditunjuk,” lanjut dia.
Operasi pencarian korban sebenarnya mulai menemui titik terang dan membuahkan hasil pada H+4 pencarian setelah dua korban atas nama Yatemi (65) dan Mesinem (82), masing-masing nenek dan nenek buyut Minto, berhasil dievakuasi dari reruntuhan longsor.
Namun dalam operasi SAR lanjutan pada H+5, penyisiran menggunakan dua alat berat tidak membuahkan hasil.
Pada H+6 atau menjelang berakhirnya operasi SAR (protokol satu periode operasi SAR tujuh hari), SAR gabungan memutuskan menambah satu alat berat lagi jenis eksavator (sehingga total menjadi tiga unit alat berat) untuk mempercepat pencarian.
“Konfirmasi dari Kalaks BPBD ada dukungan alat berat dari Kodim 0806/Trenggalek. Tambahan alat berat ini difokuskan membantu dari bawah menyusuri ke atas dan akan bergabung ke lokasi worksheet. Sehingga kalau alat berat sudah sampai bisa bergabung sehingga kita mempunyai tiga alat berat,” pungkas Didit.