News

Balon Sampah Korea Utara Sebabkan Kebakaran Atap Gedung di Seoul


Sebuah balon sampah dari Korea Utara mendarat di atap sebuah gedung di Seoul dan menyebabkan kebakaran. Sepanjang tahun ini sudah ribuan balon yang dikirim Pyongyang ke wilayah Korea Selatan dan memicu kampanye propaganda balasan.

“Sekitar pukul 9.04 malam pada hari Minggu, kebakaran terjadi di atap gedung komersial empat lantai di distrik Barat Seoul,” kata Stasiun Pemadam Kebakaran Gangseo Seoul dalam sebuah pernyataan, Senin (16/9/2024).

Api dapat dipadamkan dalam waktu 18 menit, dengan mengerahkan 15 mobil pemadam kebakaran dan 56 personel, kata pemadam kebakaran, seraya menambahkan bahwa tidak ada korban jiwa. Pihak militer dan polisi mengumpulkan balon tersebut, dan tengah melakukan penyelidikan.

Pyongyang meluncurkan sekitar 120 balon berisi sampah menuju perbatasan pada Minggu malam, menyusul 50 balon yang dikirim pada sehari sebelumnya, kata militer Korea Selatan pada Senin. Sekitar 40 balon telah mendarat di Selatan, terutama di provinsi Gyeonggi utara dan ibu kota Seoul, kata Kepala Staf Gabungan (JCS).

Baca Juga:  200 Ribu Buruh Padati Monas saat May Day, Polisi Atur Skema Lalu Lintas

Tas yang diikatkan pada balon-balon tersebut sebagian besar berisi sampah kertas dan plastik, kata JCS. Ia menambahkan bahwa tas tersebut tidak menimbulkan risiko keselamatan bagi masyarakat.

Korea Utara telah mengirim lebih dari 5.000 balon berisi sampah ke selatan sejak bulan Mei, dengan alasan bahwa itu adalah balasan atas balon propaganda yang diluncurkan oleh aktivis Korea Selatan.

Sebagai tanggapan, Seoul telah menangguhkan kesepakatan militer untuk mengurangi ketegangan dengan Pyongyang dan memulai kembali beberapa siaran propaganda dari pengeras suara di sepanjang perbatasan.

Perangkat pengatur waktu pada balon sampah menyebabkan kebakaran awal bulan ini, satu di antaranya terjadi di dekat bandara dan satu lagi di unit penyimpanan. “Beberapa balon sampah Korea Utara memiliki pengatur waktu termal yang berpotensi menyebabkan kebakaran jika tidak terpisah dengan benar saat kawat pemanas diaktifkan, yang berfungsi memisahkan balon dari muatannya,” kata juru bicara JCS Lee Chang-hyun kepada wartawan.

Baca Juga:  Larang Siaran Langsung dan Batasi Akses Publik, KY Diminta Pelototi Kinerja Hakim di Sidang Hasto

“Kami telah melihatnya digambarkan sebagai ‘ledakan pengatur waktu’, tetapi kami ingin menjelaskan lagi bahwa metode ini dilakukan dengan memanaskan bahan balon menggunakan pengatur waktu termal, yang menyebabkannya pecah di udara,” tambahnya.

Lee juga mengatakan, pihaknya tidak memilih menembak balon agar terjatuh. “Menembak jatuh balon di udara meningkatkan risiko jatuhnya serpihan atau material berbahaya, jadi untuk saat ini, pendekatan yang paling aman adalah dengan segera mengumpulkannya setelah jatuh secara alami”.

Korea Utara kemungkinan memiliki data untuk “memprediksi di mana balon akan mendarat setelah terbang selama beberapa jam dan kemudian meledakkan perangkat itu di udara di tempat yang ingin mereka jatuhkan,” kata Yang Uk, seorang peneliti di Asan Institute for Policy Studies, kepada AFP.

Baca Juga:  UU BUMN Banjir Kritik Dianggap Beri Imunitas, Legislator Buru-buru Klarifikasi

Meskipun tidak ada yang terluka dan tidak ada kerusakan, “kebakaran balon dapat bertambah parah saat musim menjadi kering”, tambah Yang.

Back to top button