Ototekno

AI Bantu Guru Buat Soal, Nilai Tugas, dan Hemat Waktu hingga 6 Jam per Minggu


Kecerdasan buatan (AI) kini bukan hanya milik industri teknologi, tetapi juga mulai mengubah cara kerja para guru di ruang kelas. Di Amerika Serikat, makin banyak pendidik yang memanfaatkan alat berbasis AI seperti ChatGPT untuk membuat rencana pelajaran, menyusun soal, memberi umpan balik siswa, bahkan membantu menerjemahkan materi.

Ana SepĂșlveda, guru matematika kelas 6 di Dallas, Texas, misalnya, menggunakan ChatGPT untuk membuat pelajaran geometri bertema sepak bola yang disesuaikan dengan minat siswanya. Hasilnya: rencana pembelajaran lima halaman lengkap dengan ide proyek, pertanyaan diskusi, dan penjelasan konsep bentuk dan sudut dalam permainan sepak bola.

“AI telah mengubah cara saya mengajar,” kata SepĂșlveda. “Saya jadi punya lebih banyak waktu dan siswa juga lebih terlibat.”

Baca Juga:  HONOR Pad 9: Sahabat Digital Pelajar di Tengah Tantangan Zaman

Sebuah survei nasional terbaru oleh Gallup dan Walton Family Foundation mencatat bahwa 6 dari 10 guru sekolah negeri di AS telah menggunakan alat AI selama tahun ajaran terakhir. Penggunaan paling banyak terjadi di tingkat SMA dan di kalangan guru muda.

Guru yang memakai AI secara rutin mengklaim penghematan waktu hingga enam jam per minggu—pengurangan beban kerja yang signifikan di tengah meningkatnya tekanan dan risiko kelelahan di kalangan pendidik.

Namun, penggunaan AI di sekolah masih menghadapi tantangan, terutama terkait etika, keamanan data, dan risiko ketergantungan berlebihan pada teknologi. Sekitar dua lusin negara bagian di AS telah mengeluarkan panduan penggunaan AI untuk institusi pendidikan, namun implementasinya masih belum merata.

“Kita harus pastikan AI tidak menggantikan penilaian profesional guru,” ujar Maya Israel, profesor teknologi pendidikan dari University of Florida. Ia menekankan bahwa AI cocok untuk koreksi soal pilihan ganda atau pekerjaan administratif, tapi masih kurang andal untuk penilaian esai yang membutuhkan nuansa pemahaman mendalam.

Baca Juga:  GIIAS 2025 bakal Diramaikan 63 Brand, Jadi Pameran Otomotif Terbesar di Luar China

Transformasi Gaya Mengajar

Mary McCarthy, guru ilmu sosial SMA di Houston, mengaku AI bukan hanya mengubah cara mengajarnya, tetapi juga menyelamatkan akhir pekannya. “Saya bisa fokus pada siswa, bukan tumpukan dokumen,” katanya. Ia juga mendapat pelatihan dari distriknya agar bisa mengajarkan penggunaan AI secara etis kepada murid-muridnya.

Sementara itu, Darren Barkett, guru Bahasa Inggris di Colorado, memanfaatkan ChatGPT untuk membuat rencana pelajaran dan menilai ujian esai. Ia juga jadi lebih jeli mengenali tulisan siswa yang dibuat dengan bantuan AI: “Biasanya terlalu sempurna, tanpa kesalahan tata bahasa dan memakai kalimat yang terlalu kompleks.”

Guru seni Lindsay Johnson di Chicago memilih alat AI yang telah disetujui oleh dinas IT sekolahnya. Untuk tugas akhir siswa kelas 8, ia memperbolehkan siswa menggunakan AI dalam mendesain latar belakang potret, namun tetap mendorong kreativitas manual di tahap awal.

Baca Juga:  Google Uji Fitur Audio Overviews, Jawaban AI Kini Bisa Didengar di Hasil Pencarian

“Sebagai guru seni, tugas saya mengenalkan alat baru dan mengajari cara menggunakannya dengan bijak,” ujarnya. “Sebagian siswa tetap memilih mengandalkan ide mereka sendiri—dan itu bagus.”

Meski masih muncul kekhawatiran soal penyalahgunaan AI oleh siswa, banyak guru percaya bahwa memahami dan memanfaatkan AI justru membuat mereka lebih siap menghadapi tantangan pendidikan masa depan.

Back to top button