Agit Kabayel, Mike Tyson Eropa Kebanggaan Muslim Jerman

Rencana pertandingan itu kontan tak sekadar mendongkrak nama Kabayel, melainkan—ikut istilah Bapak Jokowi—meroketkannya ke langit tinju dunia. Bukan apa-apa. Siapa sih yang sudah lupa bahwa Zhang, petinju raksasa Tiongkok itu, pernah mempermalukan mantan juara dunia Deontay Wilder dengan membuatnya tersungkur mencium kanvas ring? Meski Maret lalu ia kalah angka mutlak dari petinju Selandia Baru, Joseph Parker, Zhilei Zhang tetaplah nama besar.
Sebelum dipastikan menjadi lawan petinju raksasa asal China, Zhilei Zhang, untuk memperebutkan gelar juara tinju dunia kelas berat interim WBC pada 22 Februari 2025 mendatang, barangkali nama Agit Kabaley tak akan berdengung nyaring di telinga Anda. Jelas bukan salah Kabaley, karena meski berkarier di dunia tinju Eropa yang relatif sepi dari ingar-bingar, rekor pertarungan yang dicetaknya bikin lidah berdecak: 25-0, dengan 17 kemenangan KO!
Rencana pertandingan itu kontan tak sekadar mendongkrak nama Kabayel, melainkan—ikut istilah Bapak Jokowi—meroketkannya jauh ke langit tinju dunia. Bukan apa-apa. Siapa sih yang sudah lupa bahwa Zhang, petinju raksasa Tiongkok itu, pernah mempermalukan mantan juara dunia Deontay Wilder dengan membuatnya tersungkur mencium kanvas ring? Meski Maret lalu ia kalah angka mutlak dari petinju Selandia Baru, Joseph Parker, Zhilei Zhang tetaplah nama besar. Alhasil, Kabayel kini berada di posisi strategis untuk mencatatkan pencapaian luar biasa dan memperkuat reputasinya di kancah internasional.
Dari keluarga imigran Kurdi
Agit Kabayel lahir pada 23 September 1992 di Leverkusen, Jerman. Sejak kecil, ia tumbuh dalam keluarga imigran Kurdi yang penuh semangat dan kerja keras. Keluarganya selalu menanamkan pentingnya pendidikan dan dedikasi, meski mereka hidup di tengah tantangan sebagai imigran di Eropa.
Minat Kabayel terhadap tinju bermula pada usia remaja. Awalnya, ia mencoba berbagai olahraga untuk menjaga kebugarannya. Namun, tinju segera menjadi pilihan utama setelah dirinya menyadari bakat alami yang ia bawa. “Tinju memberikan saya disiplin dan cara untuk menyalurkan energi saya. Saya belajar menghormati lawan dan memahami diri sendiri melalui olahraga ini,” ujar Kabayel dalam sebuah wawancara.
Langkah Kabayel menuju dunia profesional tidaklah mudah. Ia memulai debut profesionalnya pada 2011, melawan petinju-petinju lokal di Jerman. Dengan tinggi 191 cm dan rentang tangan yang mengesankan, Kabayel segera menarik perhatian para pelatih dan penggemar tinju negeri para peneguk bir itu.
Namun, titik balik kariernya datang pada 2017 ketika berhasil merebut gelar European Heavyweight Champion setelah mengalahkan Herve Hubeaux. Gelar tersebut membuka pintu bagi Kabayel untuk bertanding di panggung internasional. Apalagi di tahun yang sama, ia berkesempatan melawan petinju kelas dunia, Derek Chisora. Kabayel tampil luar biasa dengan strategi jitu dan stamina yang tak terduga, mengalahkan Chisora melalui keputusan angka. Orang pun mulai melirik petinju yang tak jeri bergaya seradak-seruduk itu.
“Pertandingan melawan Chisora adalah momen besar dalam karier saya. Itu membuktikan bahwa saya bisa bersaing dengan yang terbaik di dunia,” kata Kabayel tentang kemenangan tersebut.
Tak menyembunyikan kemusliman
Sebagai seorang Muslim, Kabayel selalu menunjukkan kebanggaannya akan identitasnya itu. Ia sering terlihat melakukan doa sebelum pertandingan, menunjukkan bagaimana keimanan menjadi bagian integral dari hidupnya. Dalam sebuah wawancara, ia mengungkapkan, “Islam mengajarkan saya untuk tetap rendah hati dan bersyukur. Saya percaya setiap kemenangan adalah hasil dari kerja keras dan berkah dari Allah.”
Gaya hidup Kabayel juga mencerminkan nilai-nilai Islami yang dipegangnya. Ia dikenal sebagai sosok yang disiplin, menjaga kebugaran tubuhnya dengan menghindari hal-hal yang dapat merusak, seperti alkohol atau kehidupan malam yang tak sehat. Kabayel juga menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan keluarga, komunitas, dan penggemarnya. “Keluarga adalah segalanya bagi saya. Mereka adalah pendukung terbesar saya dan alasan saya terus berjuang,” katanya, dalam wawancara yang lain.
Meski hidup di negara Barat yang sering kali memiliki pandangan negatif terhadap Muslim, Kabayel justru menjadikan keyakinannya sebagai kekuatan. Ia sering menjadi suara yang menyuarakan toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan. Ia juga kerap memberikan pesan perdamaian melalui media sosialnya, mengingatkan pentingnya menghormati semua agama dan budaya.
Hingga akhir 2024, Kabayel telah mencatatkan rekor yang mengesankan dengan 25 kemenangan, 17 di antaranya melalui knockout, tanpa kekalahan. Statistik ini menjadikannya salah satu petinju kelas berat yang paling konsisten di generasinya. Dengan gaya bertarung yang agresif namun terukur, Kabayel sering kali memanfaatkan kecepatan dan kecerdasannya untuk mengungguli lawan.
Pengamat tinju Steve Bunce menyebut Kabayel sebagai “kuda hitam di divisi kelas berat.” Menurut Bunce, Kabayel memiliki potensi besar untuk menjadi juara dunia jika ia mendapatkan lebih banyak eksposur dan pertandingan melawan petinju papan atas.
Ada yang cukup khas dari Kabayel. Ia berjuluk “Mike Tyson dari Eropa” karena gaya bertarungnya yang agresif, kekuatan pukulan dan kecepatan gerakannya di atas ring. Apakah julukan itu berlebihan? Banyak pengamat tinju percaya, Kabayel memang memiliki karakteristik yang mirip dengan Tyson, terutama dalam hal determinasi dan keberaniannya menghadapi lawan tanpa rasa gentar.
Meskipun demikian, ada perbedaan signifikan antara keduanya. Tyson dikenal karena gaya bertarungnya yang brutal dan sering kali mengandalkan intimidasi psikologis terhadap lawan. Kabayel, di sisi lain, lebih mengandalkan strategi dan ketepatan pukulan. “Saya merasa terhormat dibandingkan dengan legenda seperti Mike Tyson, tetapi saya adalah diri saya sendiri. Saya ingin dikenal sebagai Agit Kabayel,” ujar Kabayel menanggapi julukan tersebut.
Julukan itu muncul bukan tanpa alasan. Kabayel telah menunjukkan konsistensi dan kemenangan melawan petinju tangguh, sesuatu yang mengingatkan banyak orang pada era kejayaan Tyson. Namun, untuk benar-benar menyamai reputasi Tyson, Kabayel masih perlu membuktikan dirinya di panggung dunia dengan merebut gelar juara dunia dari nama-nama besar seperti Tyson Fury atau Oleksandr Usyk.
Meskipun memiliki rekor yang solid, Kabayel lambat mendapat kesempatan untuk bertarung memperebutkan gelar juara dunia. Baru Februari nanti itu. Banyak yang menyebutkan, kurangnya promosi dan strategi pemasaran dari timnya menjadi faktor penghambat. Namun, Kabayel tetap optimistis. “Saya percaya waktu saya akan datang. Saya hanya perlu tetap fokus dan siap kapan pun kesempatan itu tiba,” katanya dengan penuh keyakinan.
Selain tantangan di dunia tinju, Kabayel juga kerap menghadapi stereotip dan prasangka karena latar belakangnya sebagai Muslim dan imigran. Namun, ia memilih untuk menjawab semua itu dengan prestasi. “Saya ingin menunjukkan bahwa siapa pun, tanpa memandang asal atau keyakinannya, bisa mencapai hal besar jika mereka bekerja keras,” katanya.
Inspirasi kaum imigran Muslim Eropa
Di luar ring, Kabayel aktif menginspirasi generasi muda, terutama mereka yang berasal dari komunitas imigran di Eropa. Ia sering mengunjungi sekolah dan pusat komunitas untuk berbicara tentang pentingnya olahraga, pendidikan, dan integritas. “Saya ingin anak-anak tahu bahwa mereka memiliki pilihan. Mereka bisa mencapai mimpi mereka jika mereka percaya pada diri sendiri dan bekerja keras,” ujar Kabayel.
Sebagai figur publik, Kabayel juga terlibat dalam berbagai kegiatan amal. Ia bekerja sama dengan organisasi yang membantu anak-anak kurang mampu dan keluarga imigran. Keberhasilannya di dunia tinju menjadi alat untuk memberikan harapan kepada mereka yang merasa terpinggirkan.
Dengan usia yang baru menginjak 32 tahun, Kabayel masih memiliki banyak waktu untuk meraih lebih banyak pencapaian di dunia tinju. Ia telah mengisyaratkan minatnya untuk bertanding melawan juara-juara dunia seperti Tyson Fury atau Oleksandr Usyk. Pertandingan semacam itu tidak hanya akan menjadi puncak kariernya tetapi juga peluang untuk menunjukkan kepada dunia bahwa ia adalah salah satu yang terbaik.
“Saya ingin bertarung melawan yang terbaik. Itu adalah satu-satunya cara untuk membuktikan diri. Saya siap untuk tantangan apa pun,” kata Kabayel. Nadanya tegas.[dsy/boxing news/boxing 24, dan sebagainya]