Market

Agak Lain Pakar Keuangan Ini, Sebut Penjualan Otomotif Turun karena Faktor K


Pakar moneter, Cyrillus Harinowo menilai, anjloknya  penjualan mobil di Indonesia bukan karena lemahnya daya beli. Namun karena faktor tingginya keraguan untuk membeli kendaraan atau faktor ‘K’.

Di Jakarta, dikutip dari Antara, Sabtu (15/2/3035), Cyryulius mengatakan, kesimpulan itu diambilnya setelah mengulas perbandingan kinerja penjualan dari perusahaan besar di sektor lainnya di Indonesia. Misalnya, ritel, elektronik, dan properti yang terus mengalami pertumbuhan setiap tahun.

“Isu mengenai daya beli yang mempengaruhi penjualan mobil, saya kira mungkin tidak terlalu valid. Saya merasa bahwa penurunan penjualan mobil itu lebih di-drive oleh keraguan orang-orang,” ujar dia.

Menurut dia, masyarakat Indonesia tengah berada dalam fase ‘wait and see’ pengembangan teknologi mobil ke depan.

Baca Juga:  Bos Pajak Diisukan Bakal Diganti, PR Menumpuk di Depan Mata

Ditambah, saat ini pemerintah tengah menggencarkan penggunaan kendaraan listrik yang dinilai menjadi jalan utama menurunkan emisi di sektor transportasi sesuai Perjanjian Paris (Paris Agreement).

Padahal, menurutnya lagi, Indonesia memiliki berbagai alternatif jenis mobil untuk menurunkan emisi dan meningkatkan kepercayaan diri masyarakat.

“Kalau kita hanya melihat mobilnya saja, mobil listrik adalah mobil yang jempolan. Karena dia tidak mengeluarkan emisi,” katanya pula. Seperti halnya mobil low cost green car (LCGC), mobil berbahan bakar etanol (flexy), hybrid, serta hidrogen.

Lebih lanjut, Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Nandy Julyanto menyatakan, pihaknya saat ini menggunakan pendekatan multi-pathway agar masyarakat memiliki preferensi pembelian kendaraan.

Baca Juga:  Menko AHY akan Gelar ICI 2025, Pamerkan Proyek Tanggul Laut Raksasa hingga Kereta Cepat

“Dalam pendekatan multi-pathway sangat penting, di mana kami memberikan berbagai opsi kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dari kendaraan elektrik, hybrid, hingga kendaraan berbasis hidrogen. Sehingga orang bisa memilih yang sesuai referensi masing-masing,” kata dia.

Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eniya Listiani mengatakan, pemerintah mendukung upaya yang dilakukan perusahaan di sektor otomotif tersebut.

Hal itu diharapkan dapat mendorong pengembangan ekosistem industri otomotif yang memaksimalkan potensi di tanah air.

“Memang di sektor transportasi kita itu bisa menggunakan berbagai sumber. Dikenalkan dari sumber fosil tadinya, terus fosil yang rendah karbon, lalu ada kombinasi dengan baterai, ada hybrid, lalu ada mungkin potensi untuk etanol, lalu biodiesel, dan berikutnya nanti ada hidrogen,” ujar Eniya.
 

Baca Juga:  Ekonomi Dalam dan Luar Negeri Mulai Stabil, Analis Ramalkan IHSG Meroket ke Level 7.000

Back to top button