6 Olahan Pisang Khas Sulawesi Selatan yang Manjakan Lidah

INILAHSULSEL.COM – Bagi masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel), pisang bukan sekadar buah biasa. Pisang merupakan elemen yang tak terpisahkan dalam kehidupan budaya mereka. Tak jarang, olahan pisang banyak ditemukan dalam makanan maupun minuman khas Sulsel.
Pisang selalu disediakan dalam berbagai acara khusus, seperti saat pembacaan doa untuk acara khitanan, akikah, dan ketika memasuki bulan Ramadan. Dalam acara-acara itu, pisang selalu ada di atas baki didampingi kue-kue tradisional.
Berbagai hidangan tradisional Sulsel pun menjadikan pisang sebagai bahan utama yang cita rasanya tak lepas dari peran pisang. Keberadaan kudapan ini tak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menjadi simbol kearifan lokal dan warisan budaya yang dilestarikan.
Arti penting pisang bagi Sulawesi Selatan tak hanya terbatas pada budaya. Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin melihat budidaya pisang sebagai peluang untuk memberdayakan masyarakat. Potensi ini didukung oleh kecocokan iklim dan tanah di Sulsel untuk pertumbuhan pisang.
Lantas, apa saja makanan tradisional khas Sulsel yang menggunakan pisang sebagai bahan dasarnya? Berikut adalah enam olahan pisang khas Sulsel yang bisa memanjakan lidah.Â
Barongko
Barongko, olahan pisang dalam bentuk kue tradisional khas Sulsel, tak hanya memanjakan lidah dengan rasa legitnya, tetapi juga sarat makna. Di balik kelezatannya, Barongko menyimpan filosofi “kejujuran” yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Bugis.
Terbuat dari pisang kepok dan dibungkus daun pisang, Barongko menyimbolkan “kejujuran”. Tuan rumah menyajikan “apa adanya”, di mana isi dan luarnya sama-sama terbuat dari pisang. Filosofi ini mencerminkan nilai-nilai luhur budaya Bugis yang menjunjung tinggi kejujuran dan ketulusan.
Barongko menawarkan perpaduan rasa gurih, manis, dan legit yang unik. Teksturnya yang lembut dan aroma khas daun pisang mampu membangkitkan selera dan memanjakan lidah.Â
Roko-roko Unti
Roko-roko unti, yang dalam bahasa Indonesia berarti “kue berisi pisang”, adalah salah satu hidangan tradisional olahan pisang khas Sulsel. Kue ini berasal dari Kabupaten Gowa dan terkenal dengan kelezatannya yang manis dan teksturnya yang lembut.
Roko-roko unti terbuat dari pisang yang dibalut adonan putih lembut. Adonan ini terbuat dari tepung beras, santan, dan kelapa parut, menghasilkan perpaduan tekstur yang unik dan rasa yang kaya. Sentuhan daun pisang sebagai pembungkusnya pun menambah aroma khas yang semakin menggugah selera.
Es Pisang Ijo
Es pisang ijo adalah salah satu hidangan khas Makassar, berbahan dasar pisang. Hidangan menyegarkan ini terbuat dari pisang yang dibungkus dengan adonan tepung beras, santan, dan air daun pandan. Warna hijaunya yang memikat berasal dari daun pandan.
Es pisang ijo tidak hanya dapat menyegarkan dahaga, tetapi juga bisa menghilangkan rasa lapar. Disiram dengan sirop merah khas Makassar dan es serut di atasnya, kudapan ini disajikan dengan bubur sum-sum atau terigu rebus yang kenyal.
Pallu Butung
Di bulan Ramadan, hidangan takjil yang manis dan menyegarkan menjadi pilihan favorit. Salah satu pilihan yang tak boleh dilewatkan adalah Pallu Butung, hidangan tradisional khas Sulsel yang menawarkan sensasi rasa manis dan tekstur lembut di mulut.
Sekilas, Pallu Butung memang terlihat mirip dengan es pisang ijo. Keduanya disajikan dengan saus yang menyerupai bubur sumsum dan siraman sirop merah. Namun, Pallu Butung memiliki ciri khasnya sendiri. Pallu Butung tidak dibalut dengan adonan kulit pisang berwarna hijau seperti es pisang ijo.
Sanggara Belanda
Sanggara Balanda adalah kue tradisional khas masyarakat Bugis dengan rasa manis gurih dan bertekstur renyah. Makanan ini telah dikenal oleh masyarakat setempat sejak abad ke-18.
Disebut Sanggara Balanda karena proses pembuatannya dilakukan melalui beberapa tahap, seperti menggoreng, membelah, dan mencampurkan dengan kacang, gula, dan telur.
Cita rasa makanan ini pun unik. Perpaduan rasa manis dari gula, gurih dari kacang, dan renyahnya pisang goreng membuat makanan ini semakin menggugah selera.
Pisang Epe
Pisang epe, jajanan tradisional khas Makassar, menawarkan sensasi rasa manis dan tekstur unik. Pisang epe biasanya banyak dijual oleh pedagang kaki lima di sepanjang Pantai Losari.Â
Sesuai namanya, “epe” dalam bahasa Makassar berarti dijepit. Pisang kepok mengkal dijepit dengan dua papan kayu sebelum dibakar di atas anglo. Proses sederhana ini menghasilkan pisang bakar yang matang merata dengan aroma yang menggoda.
Pisang yang digunakan untuk pisang epe biasanya adalah pisang raja dan disajikan dengan saus gula merahnya yang dicampur dengan air dan garam.