Memburuknya perekonomian menambah berat masalah keuangan yang dihadapi Sea, induk perusahaan rintisan Shopee yang berkedudukan di Singapura.
Dikutip dari The Straits Times, Kamis (18/8/2022), Sea membukukan rugi sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi yang disesuaikan sebesar US$506,3 juta. Atau setara Rp7,729 triliun dalam tiga bulan, atau hingga akhir Juni 2022. Angka ini melampaui proyeksi sebesar US$482,3 juta.
Sedangkan kerugian bersih yang dialami Sea mencapai US$931,2 juta atau setara Rp14,216 triliun pada kuartal II-2022. Dua kali lipat dibandingkan kuartal II-2021 senilai US$433,7 juta, di tengah biaya overhead yang lebih tinggi dan penyisihan kerugian kredit.
Akibatnya, saham Sea jatuh 14 persen pada Selasa (16/8/2022), ditutup pada US$77,43 di New York.
Hasil suram datang setelah Sea memangkas prospek pendapatan e-commerce setahun penuh pada Mei, ke level terendah yakni US$8,5 miliar sebelumnya US$8,9 miliar.
Sea, yang menganggap Tencent Holdings sebagai investor terbesarnya, telah mengalami serangkaian kemunduran tahun ini. Termasuk larangan tiba-tiba atas game seluler paling populer di India dan penutupan operasi e-commerce di sana. Sahamnya telah jatuh sekitar 75 persen sejak mencapai puncaknya pada Oktober.