26 Turis Tewas akibat Serangan Kelompok Perlawanan di Wilayah Kashmir India

Orang-orang bersenjata telah menembaki sekelompok wisatawan di Kashmir yang dikelola India, menewaskan sedikitnya 26 orang. Ini merupakan salah satu serangan paling mematikan di wilayah itu dalam beberapa tahun terakhir.
Polisi mengatakan sejumlah wisatawan mengalami luka tembak dalam ‘serangan teroris’ pada Selasa (22/4/2025) itu ketika mereka sedang mengunjungi padang rumput Baisaran, sekitar 5 km dari kota peristirahatan Pahalgam di wilayah yang disengketakan. Polisi India mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa sedikitnya 26 orang tewas dan 17 orang terluka dalam serangan itu.
“Serangan ini jauh lebih besar daripada serangan apa pun yang pernah kita lihat yang ditujukan kepada warga sipil dalam beberapa tahun terakhir,” tulis Kepala Menteri Omar Abdullah, pejabat terpilih tertinggi di wilayah tersebut, di media sosial.
Kelompok yang kurang dikenal, Kashmir Resistance, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut melalui pesan media sosial. Kelompok ini menyatakan ketidakpuasannya karena lebih dari 85.000 “orang luar” telah menetap di wilayah tersebut sehingga memicu apa yang disebutnya sebagai perubahan demografi.
Badan keamanan India mengatakan, Perlawanan Kashmir merupakan kedok bagi organisasi bersenjata bermarkas di Pakistan, Lashkar-e-Taiba dan Hizbul Mujahideen, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir. Pakistan mengatakan bahwa mereka hanya memberikan dukungan moral dan diplomatik.
Penembakan Jarak Dekat
Pasukan keamanan India melancarkan perburuan terhadap para penyerang sementara yang terluka dilarikan ke rumah sakit. Dua perwira polisi senior juga mengatakan kepada AP bahwa sedikitnya empat orang bersenjata menembaki puluhan wisatawan dari jarak dekat.
Menurut daftar rumah sakit, semua yang tewas adalah laki-laki, dan semuanya kecuali satu orang adalah warga India. Seorang pemandu wisata di Pahalgam mengatakan, dia mendekati tempat kejadian setelah mendengar suara tembakan dan membantu mengangkut beberapa korban terluka dengan menunggang kuda.
Waheed, yang hanya menyebutkan satu nama, mengatakan ia melihat beberapa pria tergeletak mati di tanah. Saksi lain mengatakan kepada AFP bahwa para penyerang “jelas-jelas tidak menyerang wanita”.
Analis keamanan India C Uday Bhaskar mengatakan kepada Al Jazeera bahwa serangan itu kemungkinan memiliki dua tujuan utama. Pertama untuk menarik perhatian global terhadap masalah Kashmir, yang telah berada di bawah tindakan keras militer yang intensif sejak status semi-otonomnya dicabut oleh pemerintah India sekitar enam tahun lalu.
Kedua, adalah memperdalam ketegangan militer antara India dan Pakistan. Mengingat serangan tersebut telah menjadi berita utama di seluruh dunia, “ini menunjukkan fakta bahwa tujuan pertama sudah terbukti,” katanya.
Tindakan Keji
Perdana Menteri India Narendra Modi, yang mempersingkat kunjungan resminya ke Arab Saudi setelah serangan tersebut, mengecam tindakan keji tersebut, dan berjanji bahwa para penyerang akan diadili. “Berita yang sangat mengganggu dari Kashmir,” katanya di media sosial. “Amerika Serikat berdiri teguh bersama India melawan Terorisme.”
Pemerintah India kemudian mengatakan Trump menelepon Modi, yang telah menerima Wakil Presiden AS JD Vance di New Delhi sehari sebelum serangan, untuk menyampaikan belasungkawa.
Dalam insiden terpisah di distrik Baramulla, Kashmir, militer Rabu (23/4/2025), mengatakan bahwa mereka telah menewaskan dua orang bersenjata dalam baku tembak hebat setelah melancarkan ‘upaya infiltrasi’ dengan menyeberang dari Pakistan.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengutuk keras kekerasan tersebut, kata juru bicaranya. Ia menambahkan bahwa Guterres menegaskan bahwa serangan terhadap warga sipil tidak dapat diterima dalam keadaan apa pun.
Menteri Dalam Negeri India Amit Shah menuju ke Srinagar, kota utama di Kashmir yang dikelola India untuk meninjau situasi. “Kami akan menindak tegas para pelaku dengan hukuman seberat-beratnya,” tulis Shah dalam unggahan di platform media sosial X.
Mirwaiz Umar Farooq, seorang pemimpin separatis utama di Kashmir, mengutuk apa yang ia gambarkan sebagai serangan pengecut terhadap wisatawan dalam sebuah posting di X. “Kekerasan seperti itu tidak dapat diterima dan bertentangan dengan etos Kashmir, yang menyambut pengunjung dengan cinta dan kehangatan. [Saya] mengutuk keras hal itu.”
Serangan itu menyusul kekerasan awal bulan ini di Kashmir antara pasukan keamanan dan tersangka pemberontak, yang mengakibatkan enam kematian, termasuk empat perwira.
Serangan yang menarget wisatawan di Kashmir jarang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, serangan terakhir terjadi pada bulan Juni, ketika mereka menyerang sebuah bus yang membawa peziarah Hindu, menjatuhkannya ke jurang dan menewaskan sedikitnya sembilan orang.
Persaingan India dan Pakistan
India dan Pakistan yang sama-sama memiliki nuklir, masing-masing bersaing mengelola sebagian Kashmir, tetapi keduanya mengklaim wilayah tersebut secara keseluruhan. Banyak warga di Kashmir yang mayoritas penduduknya Muslim dan dikelola India mendukung tujuan pemberontak untuk menyatukan wilayah tersebut dengan Pakistan atau menciptakan negara merdeka.
India bersikeras bahwa pemberontakan Kashmir disponsori Pakistan. Pakistan membantah tuduhan tersebut, dan banyak warga Kashmir menganggapnya sebagai perjuangan kemerdekaan yang sah.
Pemerintah India, yang dipimpin Partai Bharatiya Janata (BJP) milik Modi, mencabut status khusus Kashmir pada 2019, membagi negara bagian tersebut menjadi dua wilayah yang dikelola federal – Jammu dan Kashmir, dan Ladakh.
Pada tahun yang sama, sebuah laporan oleh Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menuduh India melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Kashmir dan menyerukan dibentuknya komisi penyelidikan atas tuduhan tersebut.