10 Ton Pakaian Terkumpul dari Aksi Decluttering, Begini Dampaknya ke UMKM dan Lingkungan

Sebuah gerakan decluttering berskala besar berhasil mengumpulkan 10 ton pakaian dalam waktu kurang dari sebulan. Gerakan ini melibatkan 70 ribu partisipan dan dilakukan serentak di 61 titik di seluruh Indonesia. Selain berdampak pada pengurangan limbah tekstil, inisiatif ini juga membuka peluang ekonomi baru bagi pelaku usaha kecil, khususnya di sektor laundry dan pengolahan limbah fashion.
Setiap pakaian yang terkumpul diseleksi dengan ketat, lalu dilaundry secara profesional sebelum didistribusikan ulang kepada pihak-pihak yang membutuhkan, termasuk anak-anak di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) yang menerima bantuan berupa paket seragam sekolah. Tak hanya itu, pakaian berbahan jins yang masih layak juga dimanfaatkan kembali menjadi produk kreatif bernilai jual oleh pelaku UMKM.
Program ini digagas oleh Permodalan Nasional Madani (PNM) melalui kampanye bertajuk RE3: Reused, Re-love, Re-style, sebagai bagian dari upaya membangun gaya hidup berkelanjutan sekaligus mendorong pemberdayaan UMKM binaannya.
Melalui pelibatan nasabah Mekaar yang menjalankan usaha laundry dan kerajinan tekstil dari bahan limbah, PNM memperlihatkan bagaimana satu tindakan kecil dapat memberi dampak berlapis—dari lingkungan hingga ekonomi keluarga prasejahtera.
“Pakaian ini bukan sekadar kain, tapi simbol bahwa siapa pun berhak merasa percaya diri, sambil tetap memperhatikan keberlanjutan,” ujar Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi dalam siaran persnya, Rabu (21/5).
Sebanyak 60 kilogram bahan jins dialihkan ke nasabah yang menjalankan usaha pengolahan limbah jeans. Produk hasil daur ulang tersebut kembali dijual ke pasar sebagai bagian dari ekosistem ekonomi sirkular yang kini mulai dilirik berbagai kalangan.
“Kami ingin menunjukkan bahwa setiap donasi bisa menyentuh lebih dari satu kehidupan. Ini bentuk nyata dari misi #PNMuntukUMKM dan #PNMPemberdayaanUMKM,” tutup Arief.
Gerakan ini menjadi contoh bahwa keberlanjutan dan pemberdayaan ekonomi tidak harus dimulai dari hal besar. Cukup dari isi lemari—selama ada niat untuk berbagi dan mengubahnya menjadi manfaat yang nyata.